18Feb

Filantropi Muhammadiyah Menolak Tua

*Filantropi Muhammadiyah Menolak Tua*
Identitas Gerakan Muhammadiyah terus menancapkan pilar-pilarnya melalui pengabdian dimulai dari Indonesia hinga sekarang telah mewabah ke Dunia Internasional. Kiprah it terus berlanjut dan menawarkan berbagai perspektif baru akan tatanan baru kehidupan. Semangat dan jiwa Muhammadiyah senantiasa terbarukan seiring dengan dinamika dan perubahan sosial yang terjadi. Salah satunya melalui Gerakan filantropi. Muhammadiyah sejak didirikannya pada 1912 M melakukan pengamalan perintah Al-Quran dan Sunnah sebagai gerakan praksis dalam kehidupan nyata. Tidak muluk-muluk secara teori dan gamblang dibuktikan seperti kisah pengamalan surah Al-Maun tentang menyantuni anak Yatim. Model dakwah seperti itu menggelitik sekaligus mengubah sikap dan perilaku secara spontanitas.
Hal tersebut dilakukan K.H. Ahmad Dahlan dengan konsisten hingga Muhammadiyah bisa besar sampai saat ini. Termasuk dalam pengelolaan dan manajemen. Amal Bakti tersebut dikonversi menjadi sesuatu yang suistanable (berkelanjutan) maka berdirilah Amal Usaha yang telah memberikan sumbangsih yang tak terhingga atas jejak pengabdiannya Dahulu apabila Zakat infak dan sedekah diberikan kepada pengurus Baitul Maal atau Imam-imam desa setempat. Kini Muhammadiyah telah membentuk Lazismu sebagai Lembaga Amil Zakat yang lebih modern. Dari Imam ke Organisasi dan kemudian hingga saat ini menjadi Lembaga khusus tersendiri yang mengurusinya.
Hal tersebut juga terkait dengan perkembangan Zaman hingga semua kebijakannya dapat adaptif dan relevan sepanjang masa. Perubahan-perubahan Sosial tersbut niscaya adanya. Sering kita dengar Adagium “Islam Shalih Zaman wa Makan” tentu ini akan sangat berpengaruh terhadap interprestasi. Namun Muhammadiyah telah menjelaskan jatidiri sebagai Gerakan pembaharuan, tentunya semua ajaran Islam yang diserap mampu menawarkan Nilai-nilai utama Al-Quran dan Sunnah tetap pada esensinya sebagai Islam Wasathiyah (tengahan). Sinergi Islam dan Kemoderenan terus dipacu agar mendorng pelbagai kemajuan-kemajuan.
Lazismu sendiri sebagai organisasi pembantu yang dibentuk Muhammadiyah telah Menyusun narasi-narasi besar salah satunyanya agenda dalam program-program kebermanfaatan yang senatiasa mengacu pada Rekomendasi Muktamar (Forum Musyawarah tertinggi Persyarikatan) Kesepakatan Internasional yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-bangsa yaitu Suitable Dvelopment Goals (SDGs). Bentuk penyesuian yang sangat cepat sebagai respon sosial menjadi kekuatan utama dalam mendrong berbagai kemajuan lintas sektor agar tercipta Inovasi. Maka Usia Muhammadiyah Sudah Tua namun gagasan-gasannya selalu fresh, berjiwa Muda (progresif).

Ahmad Hunain, 16/2/2022

Leave a reply